2.1 Definisi Budaya Organisasi
Budaya
organisasi menurut Robbins & Coulter (2010:62) adalah sehimpunan nilai,
prinsip-prinsip, tradisi, dan cara bekerja yang dianut bersama oleh para
anggota organisasi dan memengaruhi cara mereka bertindak.
Mathis
& Jackson (2008:76) budaya organisasi adalah pola nilai-nilai dan keyakinan
bersama dari tenaga kerja. Nilai-nilai dan keyakinan bersama tersebut membekali
anggota organisasi dengan makna dan aturan untuk berperilaku. Serta budaya
organisasi menurut Andre (2008:446) merupakan sebuah sistem organisasi mengenai
nilai dan norma bersama oleh karena itu budaya organisasi mendefinisikan hal
yang penting di dalam organisasi serta sikap, keyakinan dan perilaku yang
sesuai bagi anggota organisasi. Budaya organisasi menurut Wirawan (2007:86)
adalah norma, nilai-nilai, asumsi, kepercayaan, filsafat, kebiasaan organisasi,
dan sebagainya. Isi budaya organisasi yang dikembangkan dalam waktu yang lama
oleh pendiri, pemimpin, dan anggota organisasi dalam memproduksi produk,
melayani para konsumen, dan mencapai tujuan organisasi.
Dari
pandangan beberapa ahli di atas dapat disimpulkan bahwa budaya organisasi pada
dasarnya akan mewakili norma-norma perilaku yang diikuti oleh para anggota
organisasi, termasuk mereka yang berada dalam hirarki organisasi. Budaya
organisasi merupakan landasan setiap anggota dalam sikap dan perilaku disetiap
aktivitas perusahaan yang menjadikan perekat hubungan diantara anggota
perusahaan.
2.2 Dimensi-Dimensi dan Indikator
Budaya Organisasi
Menurut
Robbins & Coulter (2010:63) berbagai kajian telah mengungkapkan bahwa ada
tujuh dimensi yang menjabarkan budaya sebuah organisasi. Menjabarkan sebuah
organisasi dengan menggunakan ketujuh dimensi ini dapat menampilkan gambaran
komposit menyangkut budaya organisasi dalam organisasi tersebut.
Dimensi-dimensi budaya organisasi
tersebut adalah :
a. Inovasi dan pengambilan resiko
Seberapa besar organisasi mendorong
para karyawannya untuk bersikap inovatif dan berani mengambil resiko.
b. Perhatian pada detail
Seberapa dalam ketepatan analisis, dan
perhatian pada detail yang dituntut oleh organisasi dari para karyawannya.
c. Orientasi hasil
Seberapa besar organisasi menekankan
pada pencapaian sasaran hasil, ketimbang pada cara mencapai sasaran proses.
d. Orientasi manusia
Seberapa jauh organisasi bersedia
mempertimbangkan faktor manusia (karyawan) di dalam pengambilan keputusan
manajemen.
e. Orientasi tim
Seberapa besar organisasi menekankan
pada kerja kelompok (tim), ketimbang kerja individu, dalam menyelesaikan tugas-tugas.
f. Agresivitas
Seberapa besar organisasi mendorong
para karyawannya untuk saling bersaing, ketimbang saling bekerja-sama.
g. Stabilitas
Seberapa besar organisasi menekankan
pada pemeliharaan status quo di dalam pengambilan berbagai keputusan dan
tindakan.
2.3 Budaya Organisasi yang Kuat dan
Lemah
Semua organisasi memiliki budaya, namun
tidak semua budaya organisasi sama kuatnya dalam mempengaruhi perilaku dan
tindakan para karyawan. Budaya yang kuat (strong culture) menurut
Robbins & Coulter (2010:64) yaitu, budaya yang menanamkan nilai-nilai utama
secara kokoh dan diterima secara luas di kalangan para karyawan. Budaya yang
kuat memiliki pengaruh yang lebih besar terhadap perilaku para karyawan
dibandingkan dengan budaya yang lemah. Semakin tinggi tingkat penerimaan para
karyawan terhadap nilai-nilai pokok organisasi dan semakin besar komitmen
mereka pada nilai-nilai tersebut, semakin kuat budaya organisasi. Penting bagi
sebuah organisasi memiliki budaya yang kuat adalah bahwa jika sebuah organisasi
memiliki budaya kuat, para karyawan akan memberikan kesetiaan yang lebih besar
ketimbang karyawan dalam organisasi yang memiliki budaya lemah.
2.4 Tipe-Tipe Budaya Organisasi
Menurut
Robbins dalam Wibowo (2011) bahwa budaya dapat dikelompokkan berdasarkan
hubungan antara tingkat sosiabilitas dan solidaritas. Dimensi sosiabilitas
dapat ditandai dengan tingkat persahabatan yang ditemukan antara anggota
organisasi. Dimensi solidaritas dapat ditandai dengan tingkat di mana orang di
dalam organisasi berbagi pengertian bersama tentang tugas dan tujuan untuk apa
mereka bekerja. Tipe-tipe budaya organisasinya yaitu:
a. Networked culture
Organisasi
memandang anggota sebagai suatu keluarga dan teman.Budaya ini ditandai dengan
tingkat sosiabilitas atau kesenangan bergaul tinggi dan tingkat solidaritas
atau kesetiakawanan rendah. Karakteristik dari budaya ini adalah para anggota
saling mengenal satu sama lain dengan cepat dan merasa bahwa mereka adalah
bagian dari kelompok. Selain itu, para anggota cenderung melakukan kebiasaan
informal serta menggunakan banyak waktu untuk bersosialisasi.
b. Mercenary culture
Organisasi
berfokus pada tujuan. Budaya organisasi ini ditandai dengan tingkat
sosiabilitas yang rendah dan tingkat solidaritas yang tinggi. Karateristik dari
budaya ini adalah komunikasi cenderung cepat, langsung dan dikendalikan dengan
cara yang tidak ada yang tidak mungkin. Kemenangan adalah segalanya dan orang
didorong melakukan suatu hal tanpa memperdulikan berapa lama waktu yang
diperlukan untuk membuatnya terwujud.
c. Fragmented culture
Organisasi
yang dibuat dari para individualis. Budaya organisasi ini ditandai dengan
solidaritas dan sosiabilitas yang rendah. Karakteristik dari budaya ini adalah
antar anggota sedikit melakukan kontak dalam banyak hal, bahkan bisa tidak
saling mengenal. Anggota tidak menunjukkan identifikasi dengan organisasi di
mana mereka bekerja, melainkan menunjukkan identifikasi dengan profesi di mana
mereka menjadi bagian di dalamnya.
d. Communal culture
Organisasi
menilai baik persahabatan dan kinerja. Budaya ini ditandai dengan sosiabilitas
dan solidaritas yang tinggi. Karakteristik budaya ini adalah antar anggota
sangat bersahabat satu sama lain dan bergaul dengan baik secara pribadi dan
profesional. Setiap anggota sangat bersahabat sehingga perbedaan
antara pekerjaan dan bukan pekerjaan
dalam praktik menjadi kabur. Komunikasi dalam semua bentuk mengalir dengan
sangat mudah di antara orang pada semua tingkatan organisasi. Para anggota
sangat kuat dalam
menunjukkan identifikasi terhadap
organisasi.
2.5 Elemen Dasar Budaya Organisasi
Budaya
organisasi yang dibentuk dari faktor-faktor yang terkandung di dalam perusahaan
sangat dipengaruhi oleh beberapa elemen kunci yang cukup dominan. Adapun
elemen-elemen dari budaya perusahaan menurut Deal dan Kennedy yang dikutip oleh
Pabundu (2006:16) adalah:
1. Lingkungan Usaha
Kelangsungan
hidup organisasi ditentukan oleh kemampuan perusahaan member tanggapan yang
tepat terhadap peluang dan tantangan lingkungan. Lingkungan usaha merupakan
unsur yang menentukan terhadap apa yang harus dilakukan perusahaan agar bisa
berhasil. Lingkungan usaha yang berpengaruh antara lain meliputi produk yang
dihasilkan, pesaing, pelanggan, teknologi, pemasok, kebijakan pemerintah, dan
lain-lain. Sehubungan dengan itu, perusahaan harus melakukan tindakan-tindakan
untuk mengatasi lingkungan tersebut antara lain seperti kebijakan penjualan,
penemuan baru, atau pengelolaan biaya dalam menghadapi realitas pasar yang
berbeda dengan lingkungan usahanya.
2. Nilai-nilai
Elemen
nilai merupakan konsep dasar dan kepercayaan dari suatu organisasi. Nilai-nilai
tersebut menitik beratkan kepada suatu keyakinan untuk mencapai kesuksesan.
Nilai-nilai atau keyakinan agar dapat mendorong karyawan untuk mencapai kinerja
yang baik, hendaknya harus disampaikan secara terbuka oleh
para manajer kepada seluruh lapisan
sumber daya manusia (SDM) yang ada, hal ini dimaksudkan agar tidak terjadinya
penyimpangan-penyimpangan dari standar yang telah ditetapkan oleh perusahaan.
3. Pahlawan
Pahlawan
adalah tokoh yang dipandang berhasil mewujudkan nilai-nilai budaya dalam
kehidupan nyata. Pahlawan bisa berasal dari pendiri perusahaan, para manajer,
kelompok organisasi atau perorangan yang berhasil menciptakan nilainilai
organisasi, mereka bisa menumbuhkan idealisme, semangat dan tempat
mencari petunjuk bila terjadi kesulitan
atau masalah dalam organisasi.
4. Ritual
Kegiatan
upacara di suatu perusahaan pada umumnya bentuk penghargaan terhadap kinerja
sumber daya manusianya atau dapat berupa laporan aktivitasaktivitas yang
dilakukan oleh perusahaan dalam kurun waktu tertentu. Dengan seringnya
frekuensi kegiatan tersebut di perusahaan diharapkan akan menciptakan budaya
secara tidak sadar.
5. Jaringan Budaya
Elemen ini
secara informal dapat dikatakan sebagai jaringan komunikasi di dalam
perusahaan, dapat dijadikan sebagai pembawa atau penyebaran nilai-nilai budaya
perusahaan. Elemen ini merupakan hierarki dari kekuatan yang tersembunyi di
dalam organisasi, oleh karena itulah efektivitas jaringan ini hanya sebagai
cara untuk mendapatkan informasi tentang apa yang terjadi di perusahaan, dapat
dikatakan juga bentuk jaringan kultural adalah informal.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar