Senin, 23 Oktober 2017

2.1 Definisi Budaya Organisasi
Budaya organisasi menurut Robbins & Coulter (2010:62) adalah sehimpunan nilai, prinsip-prinsip, tradisi, dan cara bekerja yang dianut bersama oleh para anggota organisasi dan memengaruhi cara mereka bertindak.
Mathis & Jackson (2008:76) budaya organisasi adalah pola nilai-nilai dan keyakinan bersama dari tenaga kerja. Nilai-nilai dan keyakinan bersama tersebut membekali anggota organisasi dengan makna dan aturan untuk berperilaku. Serta budaya organisasi menurut Andre (2008:446) merupakan sebuah sistem organisasi mengenai nilai dan norma bersama oleh karena itu budaya organisasi mendefinisikan hal yang penting di dalam organisasi serta sikap, keyakinan dan perilaku yang sesuai bagi anggota organisasi.         Budaya organisasi menurut Wirawan (2007:86) adalah norma, nilai-nilai, asumsi, kepercayaan, filsafat, kebiasaan organisasi, dan sebagainya. Isi budaya organisasi yang dikembangkan dalam waktu yang lama oleh pendiri, pemimpin, dan anggota organisasi dalam memproduksi produk, melayani para konsumen, dan mencapai tujuan organisasi.
Dari pandangan beberapa ahli di atas dapat disimpulkan bahwa budaya organisasi pada dasarnya akan mewakili norma-norma perilaku yang diikuti oleh para anggota organisasi, termasuk mereka yang berada dalam hirarki organisasi. Budaya organisasi merupakan landasan setiap anggota dalam sikap dan perilaku disetiap aktivitas perusahaan yang menjadikan perekat hubungan diantara anggota perusahaan.

2.2 Dimensi-Dimensi dan Indikator Budaya Organisasi
Menurut Robbins & Coulter (2010:63) berbagai kajian telah mengungkapkan bahwa ada tujuh dimensi yang menjabarkan budaya sebuah organisasi. Menjabarkan sebuah organisasi dengan menggunakan ketujuh dimensi ini dapat menampilkan gambaran komposit menyangkut budaya organisasi dalam organisasi tersebut.
Dimensi-dimensi budaya organisasi tersebut adalah :
a. Inovasi dan pengambilan resiko
Seberapa besar organisasi mendorong para karyawannya untuk bersikap inovatif dan berani mengambil resiko.
b. Perhatian pada detail
Seberapa dalam ketepatan analisis, dan perhatian pada detail yang dituntut oleh organisasi dari para karyawannya.
c. Orientasi hasil
Seberapa besar organisasi menekankan pada pencapaian sasaran hasil, ketimbang pada cara mencapai sasaran proses.
d. Orientasi manusia
Seberapa jauh organisasi bersedia mempertimbangkan faktor manusia (karyawan) di dalam pengambilan keputusan manajemen.
e. Orientasi tim
Seberapa besar organisasi menekankan pada kerja kelompok (tim), ketimbang kerja individu, dalam menyelesaikan tugas-tugas.
f. Agresivitas
Seberapa besar organisasi mendorong para karyawannya untuk saling bersaing, ketimbang saling bekerja-sama.
g. Stabilitas
Seberapa besar organisasi menekankan pada pemeliharaan status quo di dalam pengambilan berbagai keputusan dan tindakan.

2.3 Budaya Organisasi yang Kuat dan Lemah
Semua organisasi memiliki budaya, namun tidak semua budaya organisasi sama kuatnya dalam mempengaruhi perilaku dan tindakan para karyawan. Budaya yang kuat (strong culture) menurut Robbins & Coulter (2010:64) yaitu, budaya yang menanamkan nilai-nilai utama secara kokoh dan diterima secara luas di kalangan para karyawan. Budaya yang kuat memiliki pengaruh yang lebih besar terhadap perilaku para karyawan dibandingkan dengan budaya yang lemah. Semakin tinggi tingkat penerimaan para karyawan terhadap nilai-nilai pokok organisasi dan semakin besar komitmen mereka pada nilai-nilai tersebut, semakin kuat budaya organisasi. Penting bagi sebuah organisasi memiliki budaya yang kuat adalah bahwa jika sebuah organisasi memiliki budaya kuat, para karyawan akan memberikan kesetiaan yang lebih besar ketimbang karyawan dalam organisasi yang memiliki budaya lemah.

2.4 Tipe-Tipe Budaya Organisasi
Menurut Robbins dalam Wibowo (2011) bahwa budaya dapat dikelompokkan berdasarkan hubungan antara tingkat sosiabilitas dan solidaritas. Dimensi sosiabilitas dapat ditandai dengan tingkat persahabatan yang ditemukan antara anggota organisasi. Dimensi solidaritas dapat ditandai dengan tingkat di mana orang di dalam organisasi berbagi pengertian bersama tentang tugas dan tujuan untuk apa mereka bekerja. Tipe-tipe budaya organisasinya yaitu:
a. Networked culture
Organisasi memandang anggota sebagai suatu keluarga dan teman.Budaya ini ditandai dengan tingkat sosiabilitas atau kesenangan bergaul tinggi dan tingkat solidaritas atau kesetiakawanan rendah. Karakteristik dari budaya ini adalah para anggota saling mengenal satu sama lain dengan cepat dan merasa bahwa mereka adalah bagian dari kelompok. Selain itu, para anggota cenderung melakukan kebiasaan informal serta menggunakan banyak waktu untuk bersosialisasi.

b. Mercenary culture
Organisasi berfokus pada tujuan. Budaya organisasi ini ditandai dengan tingkat sosiabilitas yang rendah dan tingkat solidaritas yang tinggi. Karateristik dari budaya ini adalah komunikasi cenderung cepat, langsung dan dikendalikan dengan cara yang tidak ada yang tidak mungkin. Kemenangan adalah segalanya dan orang didorong melakukan suatu hal tanpa memperdulikan berapa lama waktu yang diperlukan untuk membuatnya terwujud.

c. Fragmented culture
Organisasi yang dibuat dari para individualis. Budaya organisasi ini ditandai dengan solidaritas dan sosiabilitas yang rendah. Karakteristik dari budaya ini adalah antar anggota sedikit melakukan kontak dalam banyak hal, bahkan bisa tidak saling mengenal. Anggota tidak menunjukkan identifikasi dengan organisasi di mana mereka bekerja, melainkan menunjukkan identifikasi dengan profesi di mana mereka menjadi bagian di dalamnya.

d. Communal culture
Organisasi menilai baik persahabatan dan kinerja. Budaya ini ditandai dengan sosiabilitas dan solidaritas yang tinggi. Karakteristik budaya ini adalah antar anggota sangat bersahabat satu sama lain dan bergaul dengan baik secara pribadi dan profesional. Setiap anggota sangat bersahabat sehingga perbedaan
antara pekerjaan dan bukan pekerjaan dalam praktik menjadi kabur. Komunikasi dalam semua bentuk mengalir dengan sangat mudah di antara orang pada semua tingkatan organisasi. Para anggota sangat kuat dalam
menunjukkan identifikasi terhadap organisasi.

2.5 Elemen Dasar Budaya Organisasi
Budaya organisasi yang dibentuk dari faktor-faktor yang terkandung di dalam perusahaan sangat dipengaruhi oleh beberapa elemen kunci yang cukup dominan. Adapun elemen-elemen dari budaya perusahaan menurut Deal dan Kennedy yang dikutip oleh Pabundu (2006:16) adalah:
1. Lingkungan Usaha
Kelangsungan hidup organisasi ditentukan oleh kemampuan perusahaan member tanggapan yang tepat terhadap peluang dan tantangan lingkungan. Lingkungan usaha merupakan unsur yang menentukan terhadap apa yang harus dilakukan perusahaan agar bisa berhasil. Lingkungan usaha yang berpengaruh antara lain meliputi produk yang dihasilkan, pesaing, pelanggan, teknologi, pemasok, kebijakan pemerintah, dan lain-lain. Sehubungan dengan itu, perusahaan harus melakukan tindakan-tindakan untuk mengatasi lingkungan tersebut antara lain seperti kebijakan penjualan, penemuan baru, atau pengelolaan biaya dalam menghadapi realitas pasar yang berbeda dengan lingkungan usahanya.

2. Nilai-nilai
Elemen nilai merupakan konsep dasar dan kepercayaan dari suatu organisasi. Nilai-nilai tersebut menitik beratkan kepada suatu keyakinan untuk mencapai kesuksesan. Nilai-nilai atau keyakinan agar dapat mendorong karyawan untuk mencapai kinerja yang baik, hendaknya harus disampaikan secara terbuka oleh
para manajer kepada seluruh lapisan sumber daya manusia (SDM) yang ada, hal ini dimaksudkan agar tidak terjadinya penyimpangan-penyimpangan dari standar yang telah ditetapkan oleh perusahaan.

3. Pahlawan
Pahlawan adalah tokoh yang dipandang berhasil mewujudkan nilai-nilai budaya dalam kehidupan nyata. Pahlawan bisa berasal dari pendiri perusahaan, para manajer, kelompok organisasi atau perorangan yang berhasil menciptakan nilainilai organisasi, mereka bisa menumbuhkan idealisme, semangat dan tempat
mencari petunjuk bila terjadi kesulitan atau masalah dalam organisasi.

4. Ritual
Kegiatan upacara di suatu perusahaan pada umumnya bentuk penghargaan terhadap kinerja sumber daya manusianya atau dapat berupa laporan aktivitasaktivitas yang dilakukan oleh perusahaan dalam kurun waktu tertentu. Dengan seringnya frekuensi kegiatan tersebut di perusahaan diharapkan akan menciptakan budaya secara tidak sadar.

5. Jaringan Budaya
Elemen ini secara informal dapat dikatakan sebagai jaringan komunikasi di dalam perusahaan, dapat dijadikan sebagai pembawa atau penyebaran nilai-nilai budaya perusahaan. Elemen ini merupakan hierarki dari kekuatan yang tersembunyi di dalam organisasi, oleh karena itulah efektivitas jaringan ini hanya sebagai cara untuk mendapatkan informasi tentang apa yang terjadi di perusahaan, dapat dikatakan juga bentuk jaringan kultural adalah informal.


Sabtu, 07 Oktober 2017

Definisi Kinerja Menurut Para Ahli

A.      Definisi Kinerja
1.        “Kinerja merupakan suatu fungsi dari motivasi dan kemampuan. Untuk menyelesaikan tugas atau pekerjaan seseorang harus memiliki derajat kesediaan dan tingkat kemampuan tertentu. Kesediaan dan ketrampilan seseorang tidaklah cukup efektif untuk mengerjakan sesuatu tanpa pemahaman yang jelas tentang apa yang akan dikerjakan dan bagaimana mengerjakannya.” (Hersey and Blanchard, 1993)
2.        “Kinerja merujuk pada tingkat keberhasilan melaksanakan tugas serta kemampuan mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Kinerja dinyatakan baik dan sukses jika tujuan yang diinginkan dapat tercapai dengan baik.” (Donelly, Gibson and Ivancevich, 1994)
3.        “Kinerja sebagai kualitas dan kuantitas pencapaian tugas-tugas, baik yang dilakukan oleh individu, kelompok maupun perusahaan.” (Schermerhorn, Hunt and Osborn, 1991)
4.        “Kinerja merupakan fungsi interaksi antara kemampuan (Ability=A), motivasi (motivation=M) dan kesempatan (Opportunity=O) atau Kinerja = ƒ(A x M x O); artinya: kinerja merupakan fungsi dari kemampuan, motivasi dan kesempatan.” (Robbins,1996)
5.        “Kinerja adalah hasil kerja yang dicapai seseorang dalam melaksanakan tugas-tugasnya atas kecakapan, usaha dan kesempatan. Berdasarkan paparan diatas kinerja adalah suatu hasil yang dicapai seseorang dalam melaksanakan tugas-tugas yang didasarkan atas kecakapan, pengalaman dan kesungguhan serta waktu menurut standar dan kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya.” (Hasibuan, 2002:160)

Dari beberapa pengertian kinerja menurut para ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa kinerja karyawan adalah hasil kerja yang dilakukan oleh seseorang dalam suatu organisasi agar tercapai tujuan yang diiginkan suatu organisasi dan meminimalisir kerugian. Atau kinerja adalah kesediaan seseorang atau kelompok orang untuk melakukan sesuatu kegiatan dan menyempurnakannya sesuai dengan tanggung jawabnya dengan hasil seperti yang diharapkan.


Makalah Marketing Research

BAB I
PENDAHULUAN

1.1   LATAR BELAKANG
             Riset pemasaran memegang dua peranan kunci dalam system pemasaran. Pertama, merupakan bagian dan proses umpan balik intelijen pemasaran yang menyediakan data data tentang efektifitas pemasaran dan wawasan untuk perubahan yang dibutuhkan para ahli untuk pengambilan keputusan. Kedua, riset pemasaran merupakan alat utama dalam menjelajahi peluang baru dipasaran. Oleh karena itu, pada introduction ini akan dibahas apa itu riset pemasaran, pengelompokan atau klasifikasi dalam riset pemasaran, dan proses dalam riset pemasaran.
            Riset pemasaran adalah salah satu aspek pemasaran terpenting dan menyenangkan. Dalam bab ini, kami memberikan definisi formal mengenai mengenai riset pemasaran dan mengelompokan riset pemasaran menjadi dua wilayah : identifikasi masalah dan riset dalam rangka pemecahan masalah. Kami memberikan beberapa contoh nyata untuk menggambarkan konsep dasar mengenai proses pemasaran. Kami menguraikan proses-proses pemasaran dan enam langkah pelaksanaan riset serta membahas sifat riset pemasaran, menekankan peran riset dalam menyediakan informasi untuk pembuatan keputusan pemasaran.
            Kebutuhan akan riset pemasaran yang dilakukan dengan baik melahirkan banyak peluang karir, sebagaimana disajikan dalam bab ini, kami menunjukan pula bahwa riset pemasaran merupakan bagian integral dari system informasi pemasaran atau system pendukung keputusan.
      
1.2   RUMUSAN MASALAH
1)       Apa yang dimaksud Riset Pemasaran ( Marketing Research ) ?
2)       Sebutkan dan Jelaskan Klasifikasi dalam Riset Pemasaran ?
3)       Sebutkan dan Jelaskan Proses Riset Pemasaran ?
4)       Sebutkan Sifat dan Etika dalam Riset Pemasaran ?
5)       Sebutkan dan Jelaskan Metode Riset Pemasaran ?

1.3   TUJUAN
§  Mendefinisikan Riset pemasaran
§  Menjelaskan Klasifikasi riset pemasaran
§  Membedakan antara identifikasi masalah dengan riset dalam rangka pemecahan masalah.
§  Menjelaskan enam langkah proses riset pemasaran
§  Mengerti Sifat dan Etika dalam Riset Pemasaran
§  Menjelaskan Metode Riset Pemasaran

1.4 MANFAAT
Hasil dari karya tulis ini diharapkan dapat memberikan manfaat, antara lain:    
1. Bagi Penulis
            Sebagai studi pembanding mengenai teori yang telah diperoleh dalam perkuliahan dengan praktik sehari-hari serta sebagai implementasi wawasan pengetahuan mengenai bidang manajemen pemasaran.
2. Bagi Pembaca
            Hasil Karya tulis ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran dan referensi bagi penulis yang akan datang dan mampu melengkapi dan memperbaiki kekurangan dalam karya tulis ini.


BAB II
PEMBAHASAN

2.1      DEFINISI RISET PEMASARAN ( MARKETING RESEARCH )
            Menurut buku Riset Pemasaran Freddy Rangkuti “Marketing Research adalah kegiatan penelitian di bidang pemasaran yang dilakukan secara systematic dimulai dari perumusan masalah, tujuan penelitian, pengumpulan data, pengolahan data dan interpretasi hasil penelitian. Kesemuanya ini ditunjukan kepada untuk memasukan pihak manajemen dalam rangka identifikasi masalah dan pengambilan keputusan untuk pemecahan masalah. Hasil riset pemasaran ini dapat dipakai untuk perumusan strategi pemasaran dalam merebut peluang pasar.
            Maksud dalam tindakan sistematis, adalah suatu tindakan yang dilakukan secara teratur dan konsisten, didasarkan atas kegiatan-kegiatan yang ilmiah serta dapat dibuktikan kebenarannya. Untuk kegiatan riset pemasaran, kegiatan yang sistematis tersebut meliputi berbagai kegiatan, mulai dari rumusan masalah, pengumpulan data, analisis data serta pengujian hepotesis.” 1
                        Menurut American Marketing Association, “Riset pemasaran adalah fungsi pemasaran yang menghubungkan antara konsumen, pelanggan, dan public dengan pemasaran melalui informasi – informasi yang digunakan untuk mengidentifikasi dan menetapkan peluang dan masalah pemasaran; menciptakan, menjaga, dan mengevaluasi kegiatan pemasaran; mengawasi kinerja pemasaran; dan meningkatkan pengertian pemasaran sebagai sebuah proses. (Malhotra, 2004).
            Ada beberapa aspek yang perlu diperhatikan dalam definisi ini. yang pertama adalah riset pemasaran adalah sistematik dimana berarti bahwa perencanaan yang sistematik dibutuhkan pada setiap tahapan dari riset pemasaran. Seluruh prosedur yang ada harus dilakukan secara metodologi, didokumentasikan secara baik, dan sebisanya telah direncanakan sebelumnya. Riset pemasaran menggunakan metodologi keilmuan dalam mengumpulkan data dan analisisnya untuk menguji ide atau hipotesis.2

2.2   KLASIFIKASI RISET PEMASARAN ( CLASIFICATION OF MARKETING RESEARCH )
A.     Klasifikasi Riset pemasaran menurut buku Freddy Rangkuti. Riset Pemasaran dapat dikelompokkan ke dalam 2 (dua) bagian antara lain :
1.       IDENTIFIKASI MASALAH
            Riset Identifikasi Masalah adalah penelitian yang bertujuan untuk membantu mengidentifikasi masalah. Masalah ini tidak harus saat ini, tetapi kemungkinan akan muncul di  masa yang akan datang.
Riset Untuk Identifikasi Masalah :
a.       Riset Potensi Dasar
b.      Riset Pangsa Pasar
c.       Riset Kesan
d.      Riset Karakteristik Pasar
e.       Riset Mengenai Penjualan
f.        Riset Trend Bisnis
g.      Riset Riset Peramalan

2. RISET UNTUK PEMECAHAN MASALAH
            Riset untuk pemecahan masalah adalah Riset yang diadakan untuk menolong memecahkan masalah yang lebih spesifik didalam pemasaran.
Riset Untuk Pemecahan Masalah :

a.       Riset Segmentasi :
-        Menentukan dasar teori dalam segmentasi
-        Analisis potensi pasar dan respon terhadap berbagai segmen.
-        Pilih pasar sasaran (target markets) dan analisis profil gaya hidup (lifestyle profiles) seperti, demografi, media dan kesan terhadap karakteristik suatu produk.

b.      Riset Produk :
-        Konsep pengujian (test concedpt)
-        Menentukan desain produk yang optimal
-        Pengujian kemasan
-        Modifikasi produk
-        Posisi merek dan pengujian posisi
-        Pengujian pasar
-        Pengujian penetapat (posisi)dalam supermarket atau departemen store

c.       Riset Harga :
-        Pentingnya harga dalam pemilihan merek
-        Kebijakan mengenai harga
-        Biaya dari setiap lini produk
-        Respon yang diakibatkan oleh perubahan harga

d.      Riset Promosi
-        Anggaran promosi yang optimal
-        Keterkaitan promosi penjualan
-        Bauran promosi yang optimal
-        Keputusan yang mengenai iklan
-        Keputusan yang mengenai media
-        Pengujian iklan yang kreatif
-        Evaluasi efektifitas iklan

e.       Riset Distribusi
-        Menentukan tipe distribusi
-        Perilaku saluran
-        Intensitas grosir
-        Margin saluran
-        Lokasi retail dan outlet grosir



B. Klasifikasi Riset Pemasaran Berdasarkan tujuannya, riset pemasaran dapat diklasifikasikan dalam tiga kelompok, meski dimungkinkan adanya kombinasi. Ketiga jenis riset itu adalah :
1.  Problem Solving Research, yakni riset yang diadakan untukmengidentifikasi dan memecahkan masalah-masalah pemasaran. Risetini memang berorientasi pada masa lalu. yaitu masalah pemasaran yang pernah terjadi. Dengan mengidenti­fikasi masalah yang telah terjadi dan mendapatkan solusinya, hal itu merupakan investasi untuk tidak mengulanginya di masa yang akan datang.

2.  Controlling Research, yakni riset yang diadakan untuk pengawasan atau pengendalian proses bisnis dan pemasaran yang sedang berjalan. Dengan melakukan riset ini secara reguler, proses bisnis dan pemasaran akan tetap terjaga kinerjanya. Bahkan seperti dalam riset pengendalian mutu (quality control) dapat dilakukan perbaikan berkelanjutan sehingga dalam jangka panjang dapat diperoleh zero deffect.

3.  Planning Research, yakni riset yang diadakan untuk mendapatkan informasi sebagai panduan dalam merencanakan kegiatan pemasaran. Sebuah perencanaan bisnis atau pemasaran yang baik tentunya perlu didasari informasi yang tepat dan terukur sehingga target akan tercapai secara optimal berdasarkan tahapan perencanaan yang matang.

2.3        PROSES RISET PEMASARAN ( MARKETING RESEARCH PROCESS )
Secara Konseptual, Proses Riset Pemasaran terdiri dari enam langkah. :
Langkah1 : Definisi Masalah
Langkah pertama dalam proyek riset pemasaran adalah definisi masalah. Dalam mendefinisikan masalah, peneliti harus memperhatikan maksud dilaksanakannya studi tersebut, informasi latar belakang yang relevan, informasi yang dibutuhkan, dan bagaimana informasi tersebut akan di gunakan dalam pembuatan keputusan.
Definisi masalah meliputi kegiatan pembahasan dengan pembuat keputusan, wawancara dengan pakar industri, analisis data sekunder, dan mungkin, beberapa riset kualitatif semisal focus Grup. Bila masalah telah didefinisikan dengan tepat, riset dapat dirancang dan dilaksanakan dengan baik.

Langkah 2 : Pengembangan Pendekatan Terhadap Masalah
Pengembangan pendekatan terhadap masalah terdiri dari formulasi tujuan atau bingkai kerja teoritis, model analitis, pertanyaan riset, serta hipotesis, dan identifikasi informasi yang diperlukan. Proses ini dilakukan dengan diskusi dengan pakar manajemen dan pakar industry, analisis data sekunder, riset kualitatif, dan pertimbangan pragmatis.

Langkah 3 : Formulasi Rancanagn Riset
Rancangan riset adalah bingkai kerja atau cetak biru untuk melaksanakan proyek riset. Rancangan tersebut merinci produser yang penting untuk mendapatakan informasi yang dibutuhkan, yang tujuannya adalah untuk merancang sebuah pengujian yang akan menguji hepotesis dari hal yang di teliti, menentukan jawaban yang mungkin bagi pertanyaan riset, serta menyediakan informasi yang dibutuhkan untuk pembuatan keputusan. Melaksanakan riset eksploratif, menetukan secara tepat variable, serta merancang skala yang sesuai men gukur variable adalah juga bagian dari rancangan rise. Perihal bagaimana data harus di dapatkan dari responden (misalnya, dengan melakukan survey atau percobaan) harus diperhatikan. Penting juga untuk merancang kuesioner dan rencana sampling untuk memilih responden untuk studi ini. Secara lebih formal, memformulasikan rancangan riset terdiri dari langkah-langkah berikut :

-        Penentuan informasi yang dibutuhkan
-        Analisis data skunder
-        Riset kualitatif
-        Metoda pengumpulan data kuantitatif (survey, observasi, dan percobaan)
-        Prosedur pengukuran dan penetapan skala
-        Rancanagn kuesioner
-        Proses sampling dan ukuran sample
-        Rencana analisis data

Langkah 4 : Kerja Lapangan atau Pengumpilan Data
Pengumpulan data mengakibatkan tenaga lapangan atau staf yang beroperasi baik di lapangan seperti dalam kasus wawancara personal (di rumah, di keramaian atau wawancara berbantuan computer), dari kantor melalui telepon (wawancara telepon atau wawancara telepon berbantuan computer), melalui surat (surat tradisional, survey panel surat dengan rumah tangga yang telah di pilih sebelumnya), atau secara elektronil (email atau internet). Seleksi yang sesuai, pelatihan, pengawasan, dan evaluasi tenaga kerja lapangan membantu meminimalkan kesalahan pengumpulan data.

Langkah 5 : Penyiapan Dan Presentasi Laporan
Penyiapan data terdiri dari proses edit, pengkodean, transkripsi, dan verifikasi data. Setiap format kuesioner atau observasi diperiksa atau diedit dan, jika perlu, diperbaiki. Kode nomor maupun huruf digunakan untuk mewakili masing-masing tanggapan terhadap pertanyaan dalam kuesioner. Data kuesioner ditulis ulang atau diketik menggunakan mesin ketik atau disket, atau direkam langsung kedalam komputer. Data tersebut dianalisi untuk mendapatkan informasi yang berkaitan dengan komponen masalah riset penelitian pemasaran, dengan demikian, menjadi masukan bagi masalah keputusan manajemen.

Langkah 6 : Penyiapan dan Presentasi Laporan
Keseluruhan proyek harus didokumentasikan dalam sebuah laaporan tertulis yang memuat pertanyaan riset spesifikasi yang teridentifikasi, rancangan data, pengumpulan data, serta prosedur analisis data yang diadopsi dan menyajikan hasil dan temuan utama, temuan harus disajikan dalam sebuah formal yang komprehensif  sehingga menejemen dapat dengan mudah menggunakan temuan tersebut dalam proses pembuatan keputusan. Disamping itu, presentasi lisan juga harus dilakukan dihadapan menejemen dengan menggunakan tabel,gambar,grafik,untuk meningkatan kejelasan dan pengaruh.

4. https://uwilan.wordpress.com/2013/09/28/marketing-research-introduction/
5. Malhotra Naresh K. Riset Pemasaran : Pendekatan Tahapan ( Indeks,2009 ) hlm 11

2.4 SIFAT DAN ETIKA DALAM RISET PEMASARAN
      Pentingnya pemasaran terdapat dalam identifikasi dan memuaskan kebutuhan pelanggan. Untuk mengetahui kebutuhan pelanggan dan untuk mengimplementasikan strategi pemasaran, manajer membutuhkan informasi. Mereka membutuhkan informasi tentang pelanggan, competitor, dan kekuatan-kekuatan lain di dalam pasar. Semakin besar dan global sebuah perusahaan, kebutuhan akan informasi juga semakin besar. Tugas dari riset pemasaran adalah untuk menguji kebutuhan informasi dan memberikan infomasi yang relevan, akurat, reliable, valid, dan terkini kepada manajer sehingga para manajer dapat mengambil keputusan tidak berdasarkan pada perasaan, intuisi, ataupun penilaian yang kurang.
      Beberapa aspek dalam riset pemasaran memiliki implikasi etika yang kuat.Riset pemasaran memiliki 4 (empat) pemangku kepentingan, yaitu : (1) peneiti, (2) klien, (3) responden, dan (4) masyarakat. Setiap pemangku kepentingan memiliki tanggung jawab terhadap yang lain dan  kepada proyek penelitian. Masalah etika sering muncul ketika ada konflik kepentingan antara pemangku kepentingan dan ketika salah satu dari pemangku kepentingan memiliki tanggung jawab yang kurang. Masalah etika itu dapat diselesaikan oleh para pemangku kepentingan dengan perilaku secara wajar dan sesuai dengan tanggung jawab masing-masing dengan adanya code of conduct yang dibuat dapat mengurangi konflik kepentingan diantara para pemangku kepentingan sehingga seluruh proses dari riset pemasaran dapat objektif dan sistematis.

2.5 METODE RISET PEMASARAN
     Riset pemasaran merupakan sebuah penelitian ilmiah yang sudahpasti harus dipertanggungjawabkan secara ilmiah pula. Keilmiahan sebuah riset dapat dilihat dari sistematika dan landasan metodologi dalam alur pengerjaannya. Meninggalkan tahapan metodologi sama halnya melakukan analisis dalam kerangka pijakan yang lemah dan sudah pasti akan menghasilkan kesimpulan yang bias. Lebih jauh, mengadopsi konsep-konsep pemasaran modern akan membantu mempermudah dalam membedah suatu kasus pema­saran. Pemahaman terhadap konsep pemasaran dan metodologi riset yang matang menjadi tulang punggung dalam menyelesaikan kasus-kasus yang rumit atau kompleks. Secara praktis ada lima tahapan utama dalam riset pemasaran, yaitu :

a.    Merumuskan Tujuan Riset
            Perumusan tujuan riset sangat berkaitan dengan masalah atau peluang pemasaran. Masalah dan peluang dalam pemasaran sendiri seperti koin mata uang, dimana kedua sisinya akan selalu muncul bersamaan tergantung sisi mana yang diamati. Masalah yang dialami oleh seseorang atau perusahaan di satu sisi, akan menjadi peluang bagi orang lain atau perusahaan tertentu di sisi lain. Contoh sederhana, seseorang yang sedang kesulitan keuangan untuk modal akan menumbuhkan peluang bagi orang yang ingin menanam modal. Contoh lainnya yaitu seseorang yang menderita sakitmerupakan peluang bagi orang yang bisa menyembuhkannya. Bahkan seorang yang meninggal saat ini menjadi peluang bisnis bagi perusahaan yang bergerak di bidang layanan pengurusan jenazah, penguburan, hingga prosesi doa bagi keluarga yang ditinggalkannya.
Masalah atau peluang pasar baik internal maupun eksternal tergantung bagaimana periset melihatnya. Riset pemasaran dalam hal ini selain bertujuan mengeksplorasi dan mengidentifikasi masalah sekaligus juga memberikan solusi, sehingga dapat memandang masalah tersebut sebagai peluang di masa yang akan datang.
Sebuah riset yang powerfull dimulai dengan mengeksplorasi masalah pemasaran atau perkiraan  peluang pasar ke dalam rumusan tujuan riset. Merumuskan tujuan riset ini bukanlah sekedar membuat sebuah pernyataan ansich. Rumusan ini haruslah merupakan hasil eksplorasi awal, meski tidak mesti mendetail dapat berupa gejala, indikasi, atau hal-hal yang diperkirakan akan terjadi. Setelah masalah yang menjadi objek riset dieksplorasi, selanjutnya perlu dilakukan pembatasan agar lebih terfokus. Menurut Kerlinger (2004), eksplorasi masalah yang baik dinyatakan dalam bentuk pertanyaan atau pernyataan yang menanyakan. Dan masalah tersebut dapat mengungkapkan suatu hubungan dua variabel atau lebih.Melalui tahapan eksplorasi,pembatasan dan pengumpulan data ini akan dihasilkan rumusan tujuan riset yang memiliki landasan yang kuat untuk tahapan riset selanjutnya.
Sebuah riset yang berbobot, secara mudah, akan terlihat dari alur hubungan antara masalah pemasarantujuan riset, hingga rekomendasi berupa tindakan (pemasaran) standar.

Untuk mengeksplorasi masalah pemasaran yang menjadi objek riset, ada lima teknik eksplorasi yang dapat membantu, yakni:
1.  Brainstorming, diskusi intensif baik dalam kelompok keeil (2-4 orang) maupun yang lebih besar. Dengan dipandu seorang moderator, tema pembicaraan akan lebih terfokus sehingga masalah dapat tergali secara mendalam. Sudut pandang yang berbeda di antara peserta diskusi akan memperkaya perspektif suatu masalah.
2. Ease Study, studi kasus terhadap permasalahan sejenis dariperusahaan yang berbeda. Studi kasus dapat diperoleh dari hasilpenelitian akademis atau bisnis, baik dalam berbagai media, jurnal, dan literatur. Analogi terhadap kasus terkait akan membantu menemukan masalah bahkan solusi yang sama pula.
3.  Experience Interview, mengeksplorasi masalah bisnis yang dihadapi dengan rnengundang orang yang ahli (konsultan) di bidangnya untuk diwawancarai, Kompetensi dan pengalaman para ahli ini akan membantu mengidentifikasi masalah dan terkadang dapat memberikan alternatif solusi.
4.  Fishbone Technique, metode tulang/sirip ikan yang diperkenalkan oleh Prof. Ishikawa untuk memetakan masalah berdasar akibat dan akar penyebabnya. Berawal dari kepala ikan yang menyatakan akibat utama. lalu diruntun faktor faktor penyebab utama dan turunannya pada tulang ikan besar, sedang, dan kecil.
5.  Why-why Question, yakni menggali akar penyebab masalah dengan mempertanyakan secara berulang dan terfokus, mengapa? Lalu mengapa?.

b.   Penentuan Desain Riset
Seusai merumuskan tujuan riset, dilakukan penentuan desain risetyang sesuai. Berdasarkan dari eksplorasi dan tujuan riset, desain riset pemasaran terbagi tiga jenis desain (menurut Parasuraman, Aaker, W. Emory dan D. Cooper, serta Maholtra) yakni exploratory research design, descriptive research design, dan cause effect research design. Pada exploratory research atau desain riset penjajakan, umumnya masalah yang akan dipecahkan belum terdefinisi secara pasti. Melalui desain riset inilah diharapkan kasus pemasaran yang (akan) dihadapi tersebut dapat didefinisikan atau dijelaskan lebih spesifik. Seperti dalam hal periset menghadapi kasus seperti ketidakpuasan pelanggan dan penurunan penjualan, namun faktor-faktor yang memengaruhibelum diketahui pasti.
Beberapa buku riset pemasaran mengelompokkan riset exploratory inidalam kelompok riset kualitatif karena proses penjajakannya banyak menggunakan metode dan teknik kualitatif. Seperti experience interview, in depth interview, atau focus group discussion (FGD). Di luar metode kualilatif, untuk mengeksplorasi masalah atau tujuan riset dapat pulamenggunakan studi literatur (desk research). Studi literatur ini cukup murah dan mudah dibanding desain riset lain, karena menggunakan data sekunder.
Untuk desain descriptive dan cause effect dapat dikelompokkan dalamconclusive research design, karena memberikan konklusi (kesimpulan) pada akhir penelitiannya. Keduanya diidentikkan dengan riset kuantitatif, karena menggunakan metode dan analisis survei. Descriptive researchbertujuan untuk memahami gambaran atau deskripsi kasus pemasaran secara mendetail, yang dapat mengacu pada jenis pertanyaan 5W+1H. Seperti why (mengapa kasus itu terjadi), how (bagaimana kasus itu diketahui), what (hal apa yang ingin diketahui), who (siapa yang berhubungan dengan kasus tersebut), when (pada saat kapan kasus ituberkemungkinan terjadi), dan where (di mana kasus itu terjadi). Contoh kasus pemasaran yang mengarah pada riset deskriptif seperti riset untukmengetahui karakteristik kelompok pembeli potensial dan yang tidak. Atau pada kasus unluk mengetahui efektivitas iklan sebuah produk yang memengaruhi konsumen untuk membeli.
Berdasar sampel dan waktu pengujian, desain riset deskriptif dibagi menjadi dua kelompok, yakni longitudinal design dan cross sectional design. Dalam longitudinal research design, riset dilakukan pada sampel tetap yang diukur berulang kali sepanjang waktu.
Sedangkan cross sectional researchdesign dikumpulkan informasi dari sampel tertentu saja dan tidak dilakukan berulang kali. Apabila dikumpulkan informasi dari satu sampel, hal itu dilakukan hanya satu kali (waktu) saja, dikelompokkan dalam single cross-sectional. Dan apabila dikumpulkan dari sampel-sampel yang berbeda pada waktu yang berbeda pula, dikelompokkan dalam multiple cross-sectional.
Jenis cause effect research design atau riset sebab-akibat, bertujuan untuk mengidentifikasi hubungan sebab-akibat dari variabel-variabel kasus pemasaran. Dalam beberapa buku teks, ada yang menamakan riset sebab-akibat ini sebagai riset eksperimental karena untuk mengidentifikasi suatu variabel itu menjadi penyebab atau akibat variabel lain dilakukan suatu ekperimen.
c.    Pengumpulan Data
Tahapan riset pemasaran setelah periset mendesain kuesioner ialah mengumpulkan data atau informasi yang dibutuhkan dari responden. Untuk metode riset kualitatif, pengumpulan informasi dapat menggunakan FGD, in depth interviewprojective techniqueatau desk research.Untuk metode riset kuantitatif, pengumpulan data umumnya dilakukan perusahaan riset melalui wawancara tatap muka. Periset dapat pula mengumpulkan data dengan menggunakan pilihan media interaksi lain seperti telepon, surat, atau Internet, Wawancara tatap muka atau melalui alternatif media memiliki kelebihan dan kekurangan yang dapat disesuaikan dengan kemampuan dan keterbatasan periset itu sendiri.
                Wawancara tatap muka hanyak dipilih untuk mengumpulkan data,dikarenakan pengontrolan yang kuat dari periset untuk meminimalisasinon-sampling error dan dapat memaksimalkan pertanyaan yang akan digali melalui kuesioner. Namun terkendala dengan bujet riset, khususnya untuk jumlah responden yang besar deugan cakupan wilayah yang luas. Sedangkan survei dengan sedikit pertanyaan akan lebih efektif melalui telepon (telesurvey) yang dapat mengakses wilayah cukup luas. Dalam metode telesurvey ini yang menjadi catatan penting adalah keringkasan pertanyaan yang diajukan dan terbatas pada responden yang memiliki akses telepon.
Perusahaan dapat pula mengumpulkan data dari konsumen melalui angket atau surat seusai pembelian atau penggunaan jasa layanan. Angket tersebut dapat diberikan langsung,   disisipkan kemasan produk, atau bekerja sama dengan media cetak yang dibagikan pada pembacanya. Beberapa sumber mengungkapkan, tingkat pengembalian riset melalui surat yang cukup bagus berkisar 5-10% dari total jumlah surat yang disebar. Semakin besar insentif atau hadiah yang dijanjikan bagi responden, semakm besar pula tingkat pengembalian   angket atau surat survei. Pengumpulan data melalui Internet memiliki kesamaan seperti halnya melalui surat, namun terbatas pada responden pengakses Internet yang masih minim pemakainya di Indonesia.
Pengumpulan data riset kuantitatif dapat pula dilakukan melalui observasi atau pengamatan. Seperti survei untuk store check, distribution channel (lokasi gerai/ritel), atau kepuasan pelanggan dan mutu layanan dengan mystery shopping. Namun observasi tersebut harus dibekali lembar pengisian semacam kuesioner sehingga diperoleh data yang dapat dikuantitatifkan. Seperti dalam riset store check dapatdianalisis tingkat penetrasi sebuah produk di pasar dengan mengamati (mengecek) penjualan produk tersebut di berbagai toko.
Atau riset saluran distribusi untuk menentukan kelayakan bisnis lokasi gerai(outlet) yang tepat juga melalui pengamatan di lapangan. Baik daya scrap pasar, yakni jumlah pengunjung pada hari atau jam tertentu maupun analisis tingkat kompetisi dengan pesaing dari produk ataujasa layanan sejenis. Namun ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam metode observasi agar dapat dikategorikan dalam pengumpulan data riset kuantitatif, yaitu:
·         Dibuat skenario atau prosedur pelaksanaan yang seragam dalam setiap survei di lapangan;
·         Dibuat prosedur pelaporan atau pengisian data hasil survei;
·         Jumlah lokasi pengamatan merupakan sampel sehingga perlu diperhatikan (teknik) pengambilan sampling-nya;
·         Hasil pengamatan berupa data terkodifikasi sehingga dapatmembantu analisis secara statistik, seperti korelasi, trend, atautracking.

Mystery Shopping (MS) merupakan salah satu metode observasi dalam riset pemasaran yang sering digunakan untuk mengukur kualitas layanan, yakni dengan mengirimkan sejumlah periset yang berperan sebagai mystery shopper. Dalam metode MS, setiap periset bertindak layaknya konsumen yang melakukan transaksi atau kegiatan pengamatan lainnya yang dituangkan dalam skenario observasi. Menurut Peter Gurney (Service Intelligent, 2001), MS yang efektif untuk perbaikan mutu layanan (service quality) perlu melalui sepuluh tahapan10 Steps Effectiveness Mystery Shopperyakni:
1.  Review service & sales standard, ulasan atas gambaran layanan standar yang telah diberikan perusahaan (klien) terhadap pelanggan selama ini. Ulasan ini nantinya akan dianalisis apakah sudah dikerjakan sesuai SOP, lain apakah mengacu dengan keinginan pelanggan atau perlu menggunakan benchmark standard.
2. Design the evaluation tools, mendesain perangkat analisis terhadap standar layanan tersebut. Apakah secara minimal telah dilakukan olehpara front liner layanan perusahaan.
3.  Determine scenario, menentukan skenario yang ingin dilakukan melalui survei mystery shopper. Skenario ini disesuaikan dengan perangkat evaluasi yang telah didesain sebelumnya.
4. Specify reporting needs, skenario yang telah disusun akan dilanjutkan dengan pelaporan hasil survei secara spesifik dan dimungkinkan untuk dikuantitatifkan untuk dibuat scoring, ranking,dan tracking.
5. Hire/Train Shoppers, setelah skenario dan sistem pelaporan dibuat, kemudian dilanjutkan dengan rekrutmen para shopper yang bertindak seperti layaknya pelanggan. Para shopper akan disesuaikan dengan karakter pelanggan, baik penampilan, aksen, maupun akseptabilitas secara khusus.
6. Conduct a baseline study, pelaksanaan MS sebagai landasan studi penilaian atas mutu layanan yang telah diberikan. Namun pada MS ini para front liner layanan perusahaan (klien) tidak diberitahukan sebelumnya agar landasan penilaian awal lebih natural.
7. Share result, hasil penilaian dan analisis MS dikonsultasikanbersama dengan para front liner layanan untuk memperbaiki mutu layanan yang kurang dan mempertahankan yang telah baik atau sesuai standar.
8. Set goals, menyiapkan tujuan perbaikan mutu layanan yangberkelanjutan.
9. Train, melatih para front liner layanan oleh internal perusahaan.
10. Repeat the study, mengulang MS kembali dengan memberitahukan sebelumnya untuk mengevaluasi dan penilaian atashasil pelatihan yang telah dilakukan para front liner.

d.   Analisis Data
Sebelum melakukan analisis data, terlebih dahulu dilakukan tahapan pra analisis data berupa penyuntingan, verifikasi, dan tabulasi data. Pasca pengumpulan data dilapangan merupakan  proses memasuki tahapan pra-analisis. Tabulasi  data biasanya memang tidak dimasukkan dalam prosedur analisis data riset karena belum mengungkapkan hubungan data hasil riset. Namun sedikitnya tabulasi data ini dapat menyajikan pra analisis berupa ukuran deskriptif masing-masing variable pengamatan. Tahapan lapangan di-entry pada program computer. Dahulu sebelum program computer  berkembang, data hasil survey dikumpulkan dan analisis secara manual. Tentunya hal ini akan merepotkan untuk survey yang melibatkan banyak responden. Dalam tahapan tabulasi dapat diperoleh ringkasan ukuran statistic deskriptif sebagai pra-analisis.
Meski beberapa buku riset berbeda pendapat,apakah bagian dari tabulasi data ataukah sudah masuk analisis data. Dalam ringkasan statistic deskriptif, data dijelaskan karateristiknya secara kuantitatif yang ringkas. Pra-analisis ini akan membantu periset menyajikan ribuan data dalam bentuk yang lebih mudah dipahami dan lebih cepat dimengerti. Lebih lanjut, tahapananalisis data yang masih menggunakan statistik deskriptif dapat menyajikan informasi data dalam bentuk tabel dan visualisasi bagan, diagram, atau grafik. Selain menyajikan data mentah menjadi lebih informatif, juga mempermudah proses analisis data. Analisis data menggunakan tabel deskriptif dan visualisasi diagram ini akan sangat membantu bagi praktisi yang awam dengan pengujian statistik. Karena cukup mudah mengolahnya tanpa perlu mengernyitkan dahi denganrumus-rumus statistik. Atau menggunakan statistical software yang membutuhkan waktu untuk mempelajarinya. Dan tidak perlu khawatir, karena lembaga riset profesional pun menggunakan tabel-tabel deskriptif sederhana dan visualisasi diagram untuk mendeskripsikan hasil-hasil risetnya.
Hasil riset kuantitatif yang terkait dengan fakta, informasi, pendapat, dan persepsi responden umumnya dapat disajikan dalam bentuk tabel. Tabel tersebut berisikan kolom kategori dari suatu variabel beserta kolom jumlah dan frekuensi. Adakalanya ditambahkan kolom frekuensi kumulatif. Untuk variabel berisi data metrik dapat juga dibuatkan tabel, namun data tersebut dikategorisasikan atau dibuat kelas-kelasnya terlebih dahulu. Jenis tabel sendiri tidak terlalu banyak, yakni tabel satu arah dan tabel tabulasi silang (cross tabulation) dua arah atau lebih.
Selain tabel, informasi juga dapat ditampilkan lebih menarik dengan bentuk atau visualisasi diagram (bagan/grafik). Namun menampilkan data dalam bentuk diagram, baik melalui program MS Excel, Visio, atau program lainnya, perlu memerhatikan karakteristik dari data tersebut. Di sebuahartikel, Rhenald Kasali mengomentari sering terjadinya tampilan diagram(chart) yang tidak menunjukkan tidak adanya hubungan dengan data yang dipresentasikan. Misalnya, data hasil riset menunjukkan pertumbuhan jumlah pemakai Internet di Indonesia, namun teknik visual yang dibuat berbentuk pie chart. Alhasil, visualnya jadi tidak "berbunyi", bahkan bisa membingungkan (detik.com, 2000).
Di bawah ini, beberapa visualisasi diagram pemasaran yang sering dibuat untuk analisis data dan laporan riset pemasaran menggunakan fasilitas CHART pada MS Excel.

1. Pie Chart
Pie Chart atau diagram kue yang berbentuk lingkaran ini diperuntukkan bagi visualisasi data proporsi atau persentase daribeberapa kategori. Cocok dipakai jika datanya menunjukkan hubungan(relation) antara suatu kategori dengan kategori lain secara keseluruhan. Hindari menggunakan pie chart apabila terlalu banyak kategori yang akan ditampilkan. Gunakan saja tabel atau tabulasi data untuk memudahkan membaca proporsi data dari masing-masing kategori. Pie chart dapat divariasikan dalam bentuk tiga dimensi, bagian pie yang terbelah (exploded pie), atau bentuk donat (doughnut).

2. Bar Chart
Bar Chart atau diagram batang digunakan apabila hubungan antardatanya berupa ranking, persamaan, korelasi. atau perbandingan. Ringkasnya, diagram ini berfungsi untuk menunjukkan perbandingan(comparison) antara satu kelas dengan kelas yang lain dalam satu atau beberapa variabel. Diagram batang dapat divariasikan dalam tampilan baris/kolom, bentuk terbagi (stacked bar), atau bentuk bar-line chart seperti pareto charts.

3. Line Chart
Line graph atau grafik garis digunakan untuk menunjukkan hubungan antar data berupa pertumbuhan, flukluasi, alau pertambahan/ pengurangan. Diagram garis yang paling sederhana cukup menampilkan nilai dari masing-masing kategori. Berbeda dengan grafik batang, pada grafik garis kita akan mudah melihat fluktuasi.

4.   Scatter Plot Diagram IPA
Scatter plot diagram atau diagram titik digunakan jika ada suatuvariabel yang menunjukkan korelasi dengan variabel lainnya, baik positif atau negatif. Atau variabelnya itu tidak menunjukkan hubungan apapun dengan lainnya. Scatter diagram ini biasanya dipakai jikaada plot-plot kecil yang menunjukkan data riset tersebut. Lalu, dari plot-plot ini ditarik suatu garis yang akhirnya membuat plot terscbut jauh lebih gampang untuk dimengerti.
Contoh analisis data yang informatif menggunakan scatter plot adalah diagram Important Perfomace Analysis (IPA). IPA merupakan diagram yang memetakan kinerja (perfomance) suatu produk atau merek dengan tingkat kepentingan atau harapan di mata konsumen. Sama seperti diagramtitik (kartesius) dengan dua sumbu x dan sumbu y pada umumnya. Namun untuk lebih infor­matif, diagram dibagi empat bagian untuk mempermudah analisis dan rekomendasi strategisnya.

5.   Diagram Jaring Laba-laba
Untuk memperbandingkan perceived quality dari berbagai merekproduk, analisis data dapat lebih informatif dan menank dengan menggunakan diagram jaring laba-laba. Diagram ini berbentuk segi "n" yang ditarik garis-garis simetris dan plot garis dari sumbu utama menyerupai jaring laba-laba. Plot garis ini berfungsi untukmemperbandingkan skor rata-rata perceived quality dari ke-n merek produk. Diagram ini mudah dibuat menggunakan fasilitas CHART dari MS Excel tipe radar. Namun sebelumnya rata-rata skorperceived quality dari n merek ini telah disiapkan.

6.   Diagram Semantic Differential
Diagram ini biasa digunakan apabila kita menginginkan analisis perbandingan parameter-parameter dari suatu merek/produk dengan kompetitornya. Perban­dingan ini dapat membantu menggali keunikan dan keunggulan kompetitif (competitive advantage) dengan kompetitor dekat atau dengan market leader sebagai strategi benchmarking. Yang perlu disiapkan sebelumnya adalah desain kuesioner menggunakan skala semantic deferential. Fasilitas CHART MS Excel yang digunakan adalah tipe scatter with data points connected by lines.

e.    Laporan Akhir Hasil Riset
Tahapan akhir dari seluruh proses riset pemasaran adalah penyusunan laporan akhir sekaligus mempreserasikannya di depan klien atau pengguna. Menurut Wong Toon Quee (1999), tujuan utama dari laporan akhir riset pemasaran adalah menyampaikan hasil riset dan kesimpulan yang diperoleh, serta rekomendasi jika diperlukan dengan cara yang jelas dan ringkas.
Bagi kalangan praktisi, laporan riset dapat dibuat dengan pendekatan laporan lengkap standar atau populer. Sedangkan bagi kalangan akademisi, laporan riset umumnya sudah memiliki format standar. Laporan lengkap standar disusun berdasar sistematika baku dan dijelaskan secara detail. Sedangkan laporan populer itu lebih ringkas, bab-bab metodologi dan analisis teknis lidak disajikan secara detail. Bagi riset profesional, kedua jenis laporan riset perlu disampaikan bagi pihak klien. Hanya saja, laporan populer disiapkan untuk sajian presentasi dan laporan lengkap beserta data riset penunjang (soft/hard copy) sebagai laporan keseluruhan riset.


BAB III
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
Riset Pemasaran meliputi identifikasi, pengumpulan, analisis, penyampaian, dan penggunaan informasi. Riset pemasaran adalah sebuah proses sistematis dan objektif yang dirancang untuk mengidentifikasi serta menyelesaikan masalah. Dengan demikian, riset pemasaran dapat dikelompokan menjadi riset identifikasi masalah dan riset penyelesaian masalah. Proses riset pemasaran terdiri dari enam langkah yang harus diikuti secara sistematis. Riset pemasaran berperan mengkaji kebutuhan informasi, dan memberi informasi yang relevan dalam rangka memperbaiki pembuatan keputusan pemasaran.
Riset pemasaran dapat dilaksanakan secara internal atau dapat dibeli dari pemasok external yang disebut sebagai industri riset pemasaran. Pemasok layanan lengkap menawarkan seluruh kisaran layanan riset pemasaran dari definisi masalah hingga penyiapan dan penyampaian laporan. Layanan yang diberikan oleh pemasok tersebut dapat dikelompokan menjadi layanan sindikasi, standar, khusus, atau internet.
Riset Pemasaran member sumbangan kepada Sistem dukungan keputusan dengan menyediakan data riset bagi database., model pemasaran dan teknik analisis bagi basis model, serta program riset pemasaran terspesialisasi bagi basis perangkat lunak. Masalah etika dalam riset masalah melibatkan empat stakeholder : (1) Peneliti Pemasaran, (2) Klien, (3) Responden, (4) Masyarakat.



DAFTAR PUSTAKA

         1 Rangkuti Freddy. Riset Pemasaran. (  Jakarta ; Gramedia Pustaka Utama, 1997 ) hlm 1

       2 Malhotra Naresh K. Riset Pemasaran : Pendekatan Tahapan ( Indeks,2009 ) hlm 7

       
 Rangkuti Freddy. Riset Pemasaran. (  Jakarta ; Gramedia Pustaka Utama, 1997 ) hlm 4

    4 Malhotra Naresh K. Riset Pemasaran : Pendekatan Tahapan ( Indeks,2009 Hlm 13 & 27 

    5 http://kenalmanajemen.blogspot.co.id/2013/01/riset-pemasaran.html(Diakses 24 Januari 2013)